PENCEMARAN LINGKUNGAN BISA
BERASAL DARI JAJANAN SEKOLAH
Anak harus dilindungi dari
bahaya pencemaran lingkungan guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. Namun, apakah orangtua dan orang dewasa lainnya sudah menjalani
kewajiban itu? Tampaknya belum.
"Jika mengacu pada prinsip
anak adalah aset bangsa untuk masa depan, maka orangtua atau orang dewasa harus
meningkatkan perhatian dan kepedulian pada nasib anak dengan sungguh-sunggu dan
konsisten," kata Kepala Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana
Universitas Indonesia Tri Edhi Budhi Soesilo dalam seminar `Lindungi Buah Hati
Kita dari Bahaya Pencemaran Lingkungan`di Gedung Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (24/8/2015).
Kenyataan di lapangan justru
berbanding terbalik dengan prinsip tersebut. Contoh, jumlah pedagang gorengan
nakal masih cukup banyak. Plastik yang tidak boleh digunakan karena sulit
diurai dan menyatu dengan tanah justru dicampur dengan minyak untuk membuat
gorengan seperti bakwan, tahu, tempe, dan cireng agar terasa lebih gurih dan
krenyes.
"Gokil, biar renyah,
plastik juga dipakai untuk menggoreng. Belum lagi minyak yang digunakan itu
sudah dipakai lebih dari 10 kali. Bayangkan jika itu masuk ke dalam tubuh anak
kita yang berada di masa keemasan," kata Tri Edhi.
"Di sekolah juga ada
jajanan anak berupa cilok yang dicelup ke dalam saus. Terkadang, cilok yang
dicelupkan itu sudah dijilat terlebih dulu sama si anak. Yang terjadi, di saus
itu berkumpul bekas liur. Bayangkan lagi kalau yang jajan makanan itu satu
sekolah. Satu orang gondokan, menyebar ke semua," kata Tri Edhi
menambahkan.
0 komentar:
Posting Komentar